Sabtu, 14 Juni 2025

Toilet Fakultas Dakwah: Bersih Tapi Bikin Merinding, Kenapa Harus Pakai Senter HP?

 

        Toilet Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry. Foto: Dokumentasi Pribadi


Banda Aceh, Sabtu, 14 Juni 2025 – Toilet Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry secara kasat mata tampak terjaga kebersihannya. Pada Sabtu siang saat dilakukan pengamatan lapangan, lantai terlihat kering, tak ada sampah berserakan, dan secara rutin dibersihkan oleh petugas kebersihan. Namun, di balik permukaan yang bersih itu, terselip persoalan yang tak kalah penting: pencahayaan yang minim, bahkan nyaris tidak ada.


Lampu yang mati, atau mungkin memang tak terseda sejak awal, membuat mahasiswa harus bergantung pada senter ponsel mereka setiap kali masuk. “Sering kali aku buka senter dulu sebelum masuk. Soalnya gelap banget, kayak masuk gua,” ujar Tara, mahasiswa KPI semester empat. Situasi ini tidak hanya menyulitkan, tapi juga menciptakan rasa tidak nyaman, apalagi bagi mahasiswa perempuan yang tentu membutuhkan rasa aman saat menggunakan fasilitas umum seperti ini.


Kondisi fisik toilet memang tidak sepenuhnya bermasalah tidak becek dan relatif bersih. Namun suasananya jauh dari kata ideal. Udara pengap dan bau yang khas dari toilet umum masih sering tercium. Beberapa mahasiswa juga mengeluhkan air di bak yang kotor dan terkadang berlendir. “Bersih sih, tapi tetep bau. Bak airnya juga kadang masih ada lumut atau kotoran nempel. Jadi ya… mau nggak mau harus buru-buru keluar,” ungkap Salwa, mahasiswa yang juga sering menggunakan fasilitas toilet tersebut.


Menurut Riza Irwanda, petugas kebersihan yang sudah bekerja di lingkungan fakultas ini, toilet dibersihkan setiap hari. “Biasanya pagi-pagi, kita ngepel dan nyiram. Kalau bak airnya tergantung, bisa dua sampai tiga kali seminggu dibersihkan, tapi liat juga kondisi air. Kalau hujan, airnya keruh jadi nggak bisa langsung,” jelasnya saat ditemui di sela tugasnya. Ia juga mengakui bahwa lampu toilet sering mati dan sudah beberapa kali dilaporkan ke pihak biro. “Cuma ya gitu, sekarang semua harus tunggu dari biro dulu. Kadang lama juga, karena soal dana,” tambahnya.


Masalah ini sejatinya bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal keamanan. Toilet gelap dapat meningkatkan risiko kecelakaan kecil seperti terpeleset, terutama jika ada genangan air yang tak terlihat. Di sisi lain, minimnya pencahayaan juga menimbulkan rasa waswas. Meski kunci pintunya dalam kondisi aman, beberapa mahasiswa mengaku agak kesulitan saat menguncinya. “Kayak keras gitu lho, harus ditekan pelan-pelan. Tapi aman kok,” kata Rey, mahasiswa yang sering menggunakan toilet tersebut.


Persoalan seperti ini bisa muncul karena banyak hal. Salah satunya, fokus perawatan hanya tertuju pada aspek fisik seperti kebersihan, tanpa memerhatikan faktor kenyamanan jangka panjang. Mungkin juga karena laporan mahasiswa belum dianggap prioritas, sehingga solusi pun tertunda terus.


Idealnya, pihak fakultas perlu segera melakukan pengecekan menyeluruh terhadap fasilitas toilet. Mulai dari pencahayaan, ventilasi, hingga kualitas air di bak penampungan. Perbaikan kecil seperti mengganti bohlam dan membersihkan bak air secara rutin bisa memberikan dampak besar terhadap kenyamanan pengguna. Di sisi lain, mahasiswa juga sebaiknya aktif menyuarakan kebutuhan mereka, entah melalui BEM, media kampus, maupun forum resmi fakultas.


Toilet bukan hanya sekadar tempat buang air, tapi juga tempat bersuci dan menjaga kebersihan diri. Maka, penting bagi kampus untuk menghadirkan fasilitas yang tidak hanya bersih, tapi juga aman dan ramah digunakan. Jika dakwah berbicara soal ketenangan dan kenyamanan, maka sudah semestinya ruang-ruang di Fakultas Dakwah juga mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Toilet Fakultas Dakwah: Bersih Tapi Bikin Merinding, Kenapa Harus Pakai Senter HP?

            Toilet Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry. Foto: Dokumentasi Pribadi Banda Aceh, Sabtu, 14 Juni 2025 – Toilet Fakultas...